Saat itu Abu Juray meminta nasehat khusus kepada Rasulullah
SAW. “Nasehatiku dengan nasehat yang mengikat,” pintanya kepada Rasulullah.
“Janganlah kamu mencaci seorangpun. Janganlah kamu menghina
sebentuk kebajikan apapun. Bicaramu dengan sesama saudaramu dalam keadaan yang
cerah, sungguh itu adalah sebuah kebajikan. Tinggikan kainmu dan jangan kau
juntaikan, karena itu bagian dari kesombongan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai kesombongan. Dan jika seseorang menghina kamu dan mencaci kamu dengan
sesuatu yang dia tahu bahwa itu memang ada pada dirimu, janganlah kamu membalas
menghina dan mencacinya dengan sesuatu yang kamu tahu itu ada pada dirinya.
Biarkan kesudahannya kembali pada dirinya. Dan bagimu pahalanya. Dan, jangan
mencaci apapun.”
Apa yang melebihi pedih dan getir yan diciptakan oleh tangan
dan lisan? Adakah perhatian yang lebih detil dari penegasan Rasulullah tentang
hubungan keislaman dengan tangan dan lisan? “Seorang muslim, ialah yang orang
muslim lain selamat dari lisan dan tangannya…” Adakah yang lebih detil, dari
member contoh, bahwa sebentuk amal kebajikan, adalah engkau menuangkan air di
embermu ke tempat air saudaramu?
Rasulullah berkata dalam kesempatan lain, “Orang mukmin itu
bukanlah tukang menuduh, tukang mencaci, bukan pelaku perbuatan-perbuatan keji
dan hina, bukan pula seorang yang mulutnya kotor.”
Nilai-nilai estetis dan keluhuran, adalah satu cabang
penting dari misi kenabian. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak mulia,” dan ia berjanji, “Orang yang paling dekat kedudukannya dengan
aku di syurga, adalah yang paling baik akhlaknya.”
Bila fiqih memberi batasan legalitas, maka akhlak dan
moralitas memberi bobot yang luar biasa pada seni keindahan dalam hidup. Ada
batasan wajib yang sah dan legal secara minimal, tapi ada pesona sunnah yang
mempercantik dan membuatnya lebih berwarna. Seperti itulah ajaran agama ini
atau ajaran jalan hidup ini.
Pada mulanya adalah mengenal Tuhan, mengenal Allah. Sesudah
itu adalah perangai, akhlak, perilaku, dan segala wanti-wanti untuk tidak
melukai dan menyakiti orang lain. Bahkan tidak perlu membalas cacian orang,
bila pun tahu apa yang jadi celah pembalasan itu benar adanya pada orang
tersebut. Bahwa dengan mengenal Allah, memohon kepada-Nya, memahami Kuasa dan
Sifat-Nya, sama pentingnya dengan memahami bahwa seorang mukmin tidak
sepantasnya menjadi penyebab orang lain pedih dan getir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar