Tujuh belas kali dalam sehari, seorang muslim mengucapkan
tujuh ayat yang terkandung dalam surat Al-Fatihah. Sejatinya, Al-Fatihah adalah
kunci peradaban yang telah Allah berikan pada hambaNya.
Saat kita membaca ayat pertama surat ini : Bismillahirrahmanirrahiim, cakrawala
hati dan pikiran kita akan terbuka dengan satu pengakuan bahwa kita adalah
hamba Allah, yang akan menjalani misi kehidupan atas kehendak Allah yang maha
Rahman dan Rahiim. Oleh karena itu kita benar-benar dalam pengawasannya,
terlihat ataupun tidak oleh makhluk lain (ihsan), dan kita bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik.
Membaca Alhamdulillahi
robbil ‘alamiin, kita diajak oleh Allah untuk berpikir dan berjiwa besar.
Sebesar alam beserta isinya, karena hanya Dialah pemilik segala keagungan yang
ada di jagat semesta ini. Kita diajak menghadapkan jiwa, berkiblat pada
keagunganNya.
Ayat berikutnya yaitu Arrahmanirrahiim,
ayat ini mengajarkan pada kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan
bermanfaat bagi orang lain. Sifat
Ar-Rahman dan Ar-Rahiim adalah sifat yang harus dikedepankan dalam melaksanakan
tugas kita sebagai wakil Allah. Dengan dorongan rasa kasih dan saying inilah,
seharusnya kita menetapkan diri, sebagai rahmat bagi semesta alam dalam setiap
lini kehidupan.
Malikiyaumiddiin adalah
ayat yang melecut kita untuk senantiasa
berlari mengejar keridaan Allah SWT, sekaligus menabung bekal untuk
mempertanggungjawabkan hidup kita di dunia. Karena itu, setiap manusia yang
memahami ayat ini akan senantiasa bersiap dan berbekal untuk kehidupan yang
abadi di akhirat (visioner).
Iyyakana’budu wa
iyyakanasta’in adalah ayat yang mengajarkan kita agar memegang teguh
prinsip kehidupan. Bahwa hidup adalah hanya untuk mengabdi kepada Allah.
Menggelar ikhtiar dalam kehidupan adalah semata ibadah pada Allah, Sang raja
hari pembalasan. Dengan demikian, standar penilaian kerja kita bukan lagi
standar yang ditetapkan oleh manusia tetapi sejatinya adalah standar
tertinggi, yaitu keridaan Allah yang
Maha Sempurna. Karena itulah, untuk memenuhi standar yang berat tersebut,
sesungguhnya hanya Alah lah yang dapat menolong dan menguatkan kita. Dengan
ayat ini, kita diingatkan untuk bergantung hanya kepadaNya dan menyerahkan
akhir segala perjuangan kita pada Allah semata (zero).
Ihdinash Shiraathal
Mustaqiim, sesungguhnya ini momentum untuk segera bangkit dan terjun dalam
kancah perjuangan membesarkan kalimat Allah. Ini adalah saat untuk
mengaplikasikan seluruh nilai yang terkandung dalam ayat-ayat sebelumnya.
Inilah saatnya berjuang : TOTAL ACTION
Sirathaladzina an’amta
‘alaihim ghairil maghdubi ‘alaihim waladhdhaalin. Inilah ayat yang
mengajarkan kita untuk senantiasa melakukan evaluasi dan menjaga arah
perjuangan kita tetap pada jalur yang ditetapkanNya. Melakukan perbaikkan terus
menerus, tanpa kena putus asa. Inilah jalan orang-orang yang Engkau beri
nikmat.
Aamiin,
kabulkanlah ya Allah. Mohonlah pada Allah agar setiap ikhtiar yang kita gelar
mendatangkan kebaikan untuk diri kita dan orang lain. Apapun hasil yang
dicapai, sesuangguhnya itu adalaha kehendak Allah yang terbaik untuk kita.
Ikhlaskan hati untuk menerima dan segera bersiap melakukan perbaikan
selanjutnya.
------di ambil dari
buku karya bapak Ary Ginanjar Agustian yang berjudul “Sapa”------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar