Ksatria 165

Ksatria 165
We're 165 Inside InsyaAllah

Jumat, 17 Februari 2012

Ikrar Ksatria ESQ 165


Pemimpin Sepanjang Waktu


Masih dalam suasana memperingati Maulid nabi Muhammad SAW, aku akan sharing artikel yang diambil dari buku karya bapak Ary Ginanjar Agustian yang berjudul “Sapa”
Bismillahirrahmanirrahiim..
Allahuma Shali ‘ala Muhammad..
Banyak teori-teori  tentang kepemimpinan yang bertebaran di seluruh dunia. Bertebaran pula tokoh-tokoh yang dianggap sebagai sosok pemimpin dunia, dari setiap decade kehidupan. Namun, hingga ini tak satupun diantara teori dan tokoh itu yang mampu mempertahankan pengaruhnya hingga bebelas abad, layaknya Muhammad SAW, seorang ummi yang lahir di tahun 569 M. tahun dimana bangsa-bangsa lain, terutama bangsa-bangsa eropa tengah berada dalam masa kegelapan.
Tak seorangpun menolak mengakui bahwa kepemimpinan Rasulullah adalah model kepemimpinan terbaik hingga kini. Tak ada seorang pemimpin pun yang begitu dicintai oleh pengikutnya seperti Rasulullah, hingga empat belas abad berlalu. Lalu apa sebenarnya rahasia dibalik cemerlangnya kepemimpinan Rasulullah? Mari tengok perjalan Rasulullah selama tiga belas tahun mengkader sahabat-sahabat yang disebut asabiqunal awalun.
Tak sekalipun Rasulullah memberikan iming-iming material kepada para sahabat yang mayoritas adalah kaum budak dan papa. Rasulullah tidak menjanjikan kebebasan kepada mereka, apalagi limpahan kekayaan, bila mereka menyambut dakwah Rasulullah. Yang Rasulullah tawarkan kepada mereka hanyalah kalimat Syahadat, yaitu menuhankan Allah dan mengakui bahwa Muhammad SAW adalah seorang pembawa risalah.
Hal ini tentu sangat berbeda jauh  dengan tokoh-tokoh yang dinobatkan sebagai pemimpin dunia. Mereka menawarkan kebebasan fisik, harta benda, pengakuan, jabatan, bila seseorang mau menjadi pengikut mereka atau minimal mau menerima pemikiran mereka. Para pengikut tidak diajarkan untuk mendefinisikan kembali keinginan-keinginan mereka sebagai seorang insan, untuk mencapai kebahagiaan sejati dari sebuah kepemimpinan. Para pemimpin hanya berharap manusia lain mau mengikuti jejak dan pemikiran mereka, yang sejatinya hanya berujung pada kebahagiaan si pemimpin.
Hal ini berbeda dengan kepemimipinan yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul mengajarkan pada manusia di Mekkah saat itu, akan arti kebebasan yang sebenarnya. Kebebasan yang membuat seseorang lepas dari perbudakan dunia berupa harta, jabatan, dan wanita. Mereka berkenalan dengan Tuhan mereka (God Consciousness) dan menyadari bahwa Allah lah pemilik semesta alam. Termasuk tuan mereka, harta dan seluruh ukuran kebahagiaan saat itu. Mereka segenap kesadaran mengikuti rasulullah, karena mereka percaya sosok Muhammad SAW lah yang akan membuat martabat mereka sebagai manusia akan lebih baik. Karena Muhammad SAW sendiri telah mengejawantahkan apa yang diajarkannya, dalam kesehariannya. Ia adalah bentuk integral dari Alquran dan seluruh inti kebaikan yang disepakati secara universal.
Inilah kunci ketaatan para sahabat untuk berjalan dibarisan Rasul. Sesulit dan seberat apapun kondisi mereka ketika itu, mereka tetap berjalan dibelakang Rasulullah. Semua itu, karena mereka telah merdeka dari segala belenggu kehidupan yang selama ini mengungkung mereka. Hingga mereka mampu menemukan jatidiri mereka sebenarnya. Mereka menemukan kebebasan, dan kemapaman jiwa saat mengikuti jejak Rasulullah.
Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah, manakala beliau menggenggam tugas mulia dari Allah. Beliau tak hanya menjadi pimpinan secara fisik, tetapi lebih jauh menyelam hingga ke dasar jiwa prang-orang yang berbaris dibelakangnya. Rasulullah telah lebih dulu menuntaskan dahaga spiritual pengikutnya, sebelum merubahnya menjadi gerak cepat selama sepuluh tahun di Madinah. Gerakan yang begitu ekspansif, berdaya dorong kuat. Mendobrak peradaban using yang telah merajai jazirah Arab, berganti peradaban cemerlang, yang merubah wajah dunia hingga hari akhir.
Inilah model kepemimpinan yang telah berhasil mencetak generasi yang terbaik, yang hingga kini belum ditemui penggantinya. Model kepemimpinan yang bukan hanya berisi teori kosong.  Sang pemimpin pun bukan orang yang disanjung saat berkuasa, tetapi senantiasa dikenang dan dicontoh hingga berbelas abad dibelakangnya. Pemimpin abadi yang selalu hidup di hati pengikutnya.  

The Power of Al-Fatihah


Tujuh belas kali dalam sehari, seorang muslim mengucapkan tujuh ayat yang terkandung dalam surat Al-Fatihah. Sejatinya, Al-Fatihah adalah kunci peradaban yang telah Allah berikan pada hambaNya.
Saat kita membaca ayat pertama surat ini : Bismillahirrahmanirrahiim, cakrawala hati dan pikiran kita akan terbuka dengan satu pengakuan bahwa kita adalah hamba Allah, yang akan menjalani misi kehidupan atas kehendak Allah yang maha Rahman dan Rahiim. Oleh karena itu kita benar-benar dalam pengawasannya, terlihat ataupun tidak oleh makhluk lain (ihsan), dan kita bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Membaca Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, kita diajak oleh Allah untuk berpikir dan berjiwa besar. Sebesar alam beserta isinya, karena hanya Dialah pemilik segala keagungan yang ada di jagat semesta ini. Kita diajak menghadapkan jiwa, berkiblat pada keagunganNya.
Ayat berikutnya yaitu Arrahmanirrahiim, ayat ini mengajarkan pada kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan bermanfaat  bagi orang lain. Sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahiim adalah sifat yang harus dikedepankan dalam melaksanakan tugas kita sebagai wakil Allah. Dengan dorongan rasa kasih dan saying inilah, seharusnya kita menetapkan diri, sebagai rahmat bagi semesta alam dalam setiap lini kehidupan.
Malikiyaumiddiin adalah ayat yang melecut kita untuk senantiasa  berlari mengejar keridaan Allah SWT, sekaligus menabung bekal untuk mempertanggungjawabkan hidup kita di dunia. Karena itu, setiap manusia yang memahami ayat ini akan senantiasa bersiap dan berbekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat (visioner).
Iyyakana’budu wa iyyakanasta’in adalah ayat yang mengajarkan kita agar memegang teguh prinsip kehidupan. Bahwa hidup adalah hanya untuk mengabdi kepada Allah. Menggelar ikhtiar dalam kehidupan adalah semata ibadah pada Allah, Sang raja hari pembalasan. Dengan demikian, standar penilaian kerja kita bukan lagi standar yang ditetapkan oleh manusia tetapi sejatinya adalah standar tertinggi,  yaitu keridaan Allah yang Maha Sempurna. Karena itulah, untuk memenuhi standar yang berat tersebut, sesungguhnya hanya Alah lah yang dapat menolong dan menguatkan kita. Dengan ayat ini, kita diingatkan untuk bergantung hanya kepadaNya dan menyerahkan akhir segala perjuangan kita pada Allah semata (zero).
Ihdinash Shiraathal Mustaqiim, sesungguhnya ini momentum untuk segera bangkit dan terjun dalam kancah perjuangan membesarkan kalimat Allah. Ini adalah saat untuk mengaplikasikan seluruh nilai yang terkandung dalam ayat-ayat sebelumnya. Inilah saatnya berjuang : TOTAL ACTION
Sirathaladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdubi ‘alaihim waladhdhaalin. Inilah ayat yang mengajarkan kita untuk senantiasa melakukan evaluasi dan menjaga arah perjuangan kita tetap pada jalur yang ditetapkanNya. Melakukan perbaikkan terus menerus, tanpa kena putus asa. Inilah jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat.

Aamiin, kabulkanlah ya Allah. Mohonlah pada Allah agar setiap ikhtiar yang kita gelar mendatangkan kebaikan untuk diri kita dan orang lain. Apapun hasil yang dicapai, sesuangguhnya itu adalaha kehendak Allah yang terbaik untuk kita. Ikhlaskan hati untuk menerima dan segera bersiap melakukan perbaikan selanjutnya.
------di ambil dari buku karya bapak Ary Ginanjar Agustian yang berjudul “Sapa”------